Rabu, 15 Mei 2013

Bahasa Tanpa Nada

Bahasaku tanpa nada, bahasaku hening, bahasaku sunyi...
Bahasaku bukan gaduh, bahasaku bukan hingar,
bahasaku tanpa suara...
Lalu bagaimana aku mampu memahamimu?
mampu mengertimu?
sedang bahasamu saja tak ku dengar?
Sekali-kali takkan pernah mampu kamu dengar,
jika kamu berusaha mengertiku hanya lewat suara,
suara yang hanya bisa menerobos lorong-lorong gendang telingamu yg kian lebur melawan masa.
Apa kamu terlupa dengan bahasa asalmu?
bahasa yg tak membutuhkan nada, bahasa yg tak membutuhkan suara..
bahasa yg akan mampu kamu dengar sekalipun dalam diam
Aku, kamu, kita, dia, mereka dan semuanya sama satu bahasa pada mula,
tolong..., mengerti aku dengan bahasa itu...
yg tak perlu berkoar-koar agar kamu dengar,
Dalam setiap gerak aku berbicara,
dalam diam pun aku berbicara
Apa kamu telah teringat sekarang ,tentang satu bahasa itu?


























readmore »»  

Sabtu, 27 Oktober 2012

Aku Pergi

Aku tak ingin menjadi kebimbangan dalam hatimu..
Aku tak ingin menjadi keraguan dalam putusanmu..
Karena aku tahu,bahwa hidup adalah sebuah pilihan..
Yang jangan pernah ada sesal di dalamnya setelah kau memilih..
Maka biarkanlah aku pergi..
Aku tak ingin kau tempatkanku pada puzzle ke tiga dalam cintamu,
Sungguh.. itu sakit..
Tapi akan ku obati lukaku sendiri..
Yah.. meski akulah awal dari kisah ini bermula..
Akulah awal dari kisah ini tercipta..
Aku tak berhak menuntut hakku,
Karena kaupun juga punya hak,
Dan aku mencoba tuk menjadi orang yang lebih dewasa dg meredam egoku,
Kini,aku akan pergi..
Meninggalkan semua impian yang telah sangat abstrak buatku..,hidupku..
Aku akn pergi..
Karena sekarang aku bukanlah awal dari kisah ini bermula,
Tapi aku adalah akhir dari kisah ini (milikku),dan awal dari kisahmu dan dia..
Aku pergi...


readmore »»  

Satu Yang Ku Butuh

Satu titik cahaya yang ku butuh..
Bukan ribuan,bukan pula jutaan..
Hanya satu yang ku butuh..
Satu di tengah ribuan abstrak..
Satu di tengah cacian keyakinan..
Satu yang akan kuatkan.,
Satu yang akan melemahkan,
Dan satu yang akhirnya akan membunuhku..
Satu..aku butuh itu..
Beri aku satu itu,
Agar aku nyenyak,
Agar aku dapat meminta sebuah pengharapan,
Agar aku bisa memohon pada raja dari segala pemilik,
Untukmu..Untukku..untuk kita..
Beri aku satu itu..
Aku butuh..

readmore »»  

Selasa, 09 Oktober 2012

Tak mengapa,sebut saja aku anak-anak..

Dewasa itu apa sih...?
apa dewasa itu selalu menjadikan seseorang menjadi dingin,seperti gunung es di Antartika yg menjulang tinggi?
Apa dewasa itu selalu menjadikan bibir seseorang kaku seperti garis lurus yang tidak punya garis lengkung??
kalaupun di bengkokkan,hanya akan terlihat sudut-sudut tegas yang lagi-lagi kaku.
Apa dewasa itu selalu menjadikan seseorang seperti pilar-pilar besi transparan penopang langit?
yang ada tetapi tak ada..
Yang lebih egois dari anak kecil sekedar berbagi mainan.
Jika seperti itu,aku tidak suka dewasa,meski seharusnya dari mata-mata penghuni bumi yang melihat eksistensiku sudah selayaknya melekat padaku.
Biarkan saja aku tetap seperti ini, yang melihat dunia dari mata kanak-kanakku,
Yang melihat ujian Tuhan seperti monster-monster aneh yang terkadang lucu menjadi musuh ultraman dan harus di kalahkan,kalaupun di tengah pertempuran lampu di dadaku berkedip-kedip,itu hal yang wajar toh karena aku anak kecil yang mempunyai energi terbatas ^_^,dan selalunya akan ada energi tambahan dari Tuhan jika aku bertahan untuk beberapa waktu saja,untuk kemudian menjadi damai kembali,sebelum aku terbang ke angkasa dan bersambung ke babak ke 3..,
yah...,
sikap dewasa hanya ada dan dimulai dalam babak ke 2 ini memang,dalam segmen ke 2 pula..,
babak ke 1 aku suka ^_^ ,dimana aku masih memakai pakaian serba putih,tidak ada tinta hitam di dalam setting yang hangat dan lembut...
Babak ke 2 segmen pertama aku juga suka,karna aku masih memakai pakaian serba putih itu dan terlihat sangat bersih,tapi di akhir segmen ke 1 aku sedikit sedih..,
karna aku tidak menyadari,bahwa pelindung noda dari pakaian serba putih itu mulai menipis,yang akhirnya pelindung itu benar-benar hilang pada segmen ke 2-nya,disini aku sedih....
dan sedihku adalah kelanjutan dari akhir segmen 1 pada babak ke 2 lalu.
Hmm...babak di mana terselip kata "dewasa" ini nih yang sedang aku jalani ini,terkadang banyak ku temui gang-gang kecil kekhawatiran,yang mau tidak mau,sadar ataupun tidak sadar,aku berjalan melewati kerikil-kerikilnya.
Jika hujan turun,membasahi tanah-tanah dan menjadikannya becek,sedang aku tidak berhati-hati,maka kotorlah pakaianku terkena cipratan lumpur yang turut serta mengikuti langkahku...
yah..,aku tengah berada pada sebuah kembara perjalanan menuju "Sang pemberi pakaian" ini,
Hmmm... apa jadinya yah..,kalau nanti aku berhasil sampai (sudah pasti akan sampai sih) dalam masa yang tak terduga, pakaian pemberianNya ini kotor,sedangkan aku hanya punya satu..,
malulah nanti aku,mendapati diri kumuh hendak masuk ke dalam istanaNya.
Jika kotor,aku bisa saja mencucinya,tapi gampang tidak gampang sih...
Akan selalu ada label otomatis yg bisa Dia baca,benar atau tidaknya aku mencuci,
kalau aku sering mencucinya, kemudian ku kotori lagi,ku cuci lagi,ku kotori lagi,hanya akan membuatku semakin terlihat dungu dan itu tidaklah anggun..
Dia akan memberi pakaian yang baru nanti,hanya pada babak ke 3 kelak,
jika aku merawat yg sekarang dengan baik,aku yakin,,tidaklah akan seberat pakaian ini saat ku kenakan.
Dewasa...yah..segmen ini terkadang tidak kusukai..
Kalaupun harus ku lekatkan,,
aku tidaklah akan melekatkannya dengan sempurna..,
aku hanya akan menjadikan dewasa itu sebagai selubung pembungkus jiwa,tapi mataku tetap kanak-kanak.
Jadi aku tidak akan pernah mendapat stempel "dewasa"seutuhnya,karena memang aku tidaklah terlalu suka ^_^.








readmore »»  

Sabtu, 29 September 2012

Tak Ada Yang Abadi, Ini Pasti Berlalu

Share sebuah cerita dari sebuah blog yang menginspirasi aku untuk tidak pernah mengeluh atas sebuah kesulitan yang terkadang Tuhan beri kepada sesiapa yg Ia kehendaki,
Dia yg maha cinta akan senantiasa menjaga cinta dan memberi cinta,dan ujianNya takkan berlangsung selamanya..

 
Seorang bijak pernah meminta kepada seorang tukang cincin untuk mengukirkan sebuah kalimat pada bagian dalam cincin orang bijak tersebut, kalimat itu adalah: “tak ada yang abadi, ini pasti berlalu

Setelah cincin tersebut selesai diukir, orang bijak itu kembali melanjutkan perjalanannya. Dalam perjalanannya itu dia mulai bekerja sebagai buruh pada sebuah perusahaan besar yang dimiliki orang terkaya di kota itu. Orang bijak itu tekun bekerja malah lebih tekun dari kebanyakan buruh yang lainnya.
Seorang pekerja bertanya kepadanya, “mengapa kau bekerja dengan demikian giat padahal gaji dan kehidupan kita tidak akan berubah dengan bekerja lebih giat. Bekerjalah sesuai dengan apa yang mereka bayarkan untuk kita.
Orang bijak itu tersenyum dan cuma berkata, “ini pasti berlalu.
Selang beberapa puluh tahun, perusahaan itu bangkrut. Orang kaya yang dulu menjadi pemilik perusahaan itu jatuh miskin dengan hutang yang menumpuk di mana-mana. Orang bijak itu, dengan uang yang selama ini ditabungnya mencoba membeli perusahaan itu, karena sudah jatuh bangkrut orang kaya itu menjual asetnya itu dengan harga murah karena sangat mendesak membutuhkan uang.
Tidak begitu lama, perusahaan bangkrut itu sudah mulai bangkit. Sekarang, orang bijak itu adalah orang terkaya di kota itu sedangkan pemilik lama perusahaan itu sekarang telah menjadi pekerja pada perusahaan yang dulu dimilikinya.
Pekerja yang dulu sempat bertanya kepada orang bijak itu, berpapasan dengannya dan agak sedikit malu-malu. Orang bijak itu memperhatikan teman lamanya itu kemudian memajukan tangannya untuk memberi salam. Dengan canggung pekerja lama itu memberikan salam. Kemudian orang bijak itu berkata, “ini pasti berlalu.
Beberapa tahun kemudian, musibah datang melanda. Kebakaran hebat menghanguskan semua aset perusahaan. Pemilik lama meninggal akibat kecelakaan tersebut dan orang bijak itu pun jatuh miskin. Semua orang terkejut dengan kejadian tersebut dan semua pekerja pun kehilangan pekerjaan mereka. Jarang ada yang bertahan di kota tersebut setelah apa yang terjadi. Teman lama orang bijak itu pun pindah ke kota lain untuk mencari penghidupan.
Sebelum berpindah, teman lama itu mengunjungi orang bijak itu. Teman lama mengira orang bijak akan bersedih dan merasa itu adalah akhir hidupnya sehingga dia mencoba menghibur, namun apa yang dipikirkannya tidak terjadi. Orang bijak itu tetap santai dan tetap tersenyum. Saat mereka berjabat tangan, orang bijak itu berkata, “ini pasti berlalu“.
Teman lama itu di kota yang baru ternyata menuai sukses. Dia menjadi orang kaya yang sangat disegani. Kemudian suatu hari dia teringat dengan orang bijak itu dan berniat mengunjunginya. Menurut kabar, setelah perusahaan itu hangus, orang bijak itu jatuh miskin dan menjadi ustad di mesjid tersebut mengajarkan anak-anak mengaji. Ternyata, saat teman lama itu berkunjung, orang bijak itu telah wafat. Teman lama itu sungguh bersedih, dia pun meminta salah seorang di sana agar menunjukkan makam orang bijak itu.
Teman lama itu mengunjungi makam orang bijak itu. Makamnya penuh dengan onak dan semak belukar karena tidak ada yang mengurusi. Orang bijak itu hampir tidak memiliki keluarga di kota tersebut. Sedangkan makan yang lain sepertinya terawat. Namun, di nisan orang bijak itu tertulis: “ini pasti berlalu
Tidak lama berselang. Kota itu terkena arus banjir bandang. Hampir semua rumah penduduk tenggelam. Begitu air surut, teman lama mengunjungi kota itu sekalian memberikan bantuan. Tidak lupa dia mengunjungi makam orang bijak tersebut, namun makam itu sekarang sudah tidak ada.
Saat teman lama itu berjalan ke sisa-sisa puing perusahaan yang belum lagi dibangun setelah habis terbakar, dia malah menemukan nisan orang bijak tersebut, tergeletak bersama sisa lumpur yang mengotori puing-puing tersebut. Nisan itu telah polos, lumpur telah menutupi kata-kata, “ini pasti berlalu“. Bahkan ini pasti berlalu pun akan berlalu.
Teman lama tersenyum, lantas terbahak. Orang-orang keheranan dengan sikap teman lama itu. Teman lama kemudian menyalami semua penduduk yang terluka, kelaparan, dan kondisi yang menyedihkan, sembari tidak lupa berkata, “tak ada yang abadi, ini pasti berlalu“.


 
readmore »»  

Rabu, 02 Mei 2012

Perbedaan itu seperti pelangi

Perbedaan emg gak mungkin bisa menyatu...,
tapi perbedaan selalu bisa tuk saling melengkapi satu sama lain..
seperti pelangi...,
gak bakal indah kalo pelangi hanya berwarna jingga...
gak bakal indah kalo pelangi hanya berwarna merah..,
perbedaan itulah.., yg menjadikannya sebuah karya yg sempurna...

 

readmore »»  

Jumat, 27 Januari 2012

UJUNG BISU


makin tak berarti..

raga yg usang...
jiwa yg tercabik
sekeping hati yg tlah remuk dlm sebuah kepastian..
penantian panjang berujung bisu...
bintang terang berakhir redup
yang utuh tak lagi utuh...
air matapun tlah mengering..,
meng-kristal..tapi tak berharga..
segenggam yg ku punya sedikit demi sedikitpun kian hilang entah kemana..
merengkuh serpihan-serpihan harap tak lagi ku ingini.
segumpal merah itu telah memudar,bersama badai yg menghempas raga..
tersungkur di sudut semesta..
readmore »»